KRANGKA PROPOSAL

I. PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG
II. LANDASAN KEGIATAN

III. MAKSUD DAN TUJUAN
IV. PESERTA KEGIATAN
V. NAMA KEGIATAN
VI. TEMA
VII. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

VIII. BENTUK KEGIATAN
XII. PENUTUP
X. ANGGARAN BIAYA
XI. TAWARAN SPONSORSHIP

IX. SUSUNAN PANITIA

BANJIR DI JAKARTA

Topik :Banjir
Judul :Banjir di Jakarta
Tujuan :mengajak masyarakat untuk sadar atas banjir yang melanda Jakarta

Jakarta dinilai menjadi salah satu wilayah yang sulit terhindar dari banjir besar lima tahunan. Mengatasi masalah banjir di Jakarta sangat kompleks dan membutuhkan perhatian semua pihak. Karena itu, diperlukan kerja sama berbagai pihak, baik dari pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat.

"Potensi terjadinya bencana banjir di Ibu Kota tersebut menjadi perhatian khusus pemerintah pusat karena penanganannya cukup sulit," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB) Sutopo Porwo Nugroho, Rabu (16/11).

Menurut Sutopo, pemerintah pusat tidak pernah berdiam diri. Serangkaian upaya penanganan banjir di Jakarta telah dilakukan sejak tahun 1960, tetapi hingga kini banjir masih saja terjadi.

Hal tersebut, kata dia, disebabkan permasalahan banjir di Jakarta sangat kompleks dan membutuhkan perhatian semua pihak. "Jika banjir kembali melanda Jakarta seperti tahun 2002 dan 2007, aktivitas perekonomian tentu bisa lumpuh. Karenanya, masalah banjir di Jakarta menjadi prioritas utama," jelasnya.

Menurut Sutopo, sekitar 40 persen wilayah Jakarta saat ini berada di bawah permukaan laut. Tercatat 62 lokasi di Ibu Kota rawan banjir. selain itu, proses urbanisasi ke Jakarta turut mengubah kawasan resapan air menjadi hunian.

"Sekitar 90,33 persen wilayah Jakarta merupakan kawasan terbangun. Kondisi tersebut mengakibatkan curah hujan yang turun tidak bisa meresap ke tanah," paparnya.

Ia menambahkan kondisi serupa terjadi di daerah penyangga DKI Jakarta. Sekitar 70 persen wilayah Depok merupakan kawasan terbangun, sementara di Kota Bekasi 79 persen, Kabupaten Bekasi 79 persen, Bogor 60 persen, dan Tangerang 75 persen.

Bukan hanya itu, kondisi 13 sungai yang mengalir di Jakarta juga mengalami penyempitan dan pendangkalan sehingga kemampuan mengalirkan air hujan yang turun sudah berkurang.

"Di Kali Ciliwung, mulai dari Kalibata hingga Bukitduri hanya memiliki kemampuan mengalirkan air sebanyak 17 persen. Kali Krukut yang hanya mampu mengalirkan air sebanyak 37 persen dan Kali Pesanggrahan sebanyak 21 persen," tambahnya.

Sutopo menjelaskan hujan di DKI Jakarta yang berpotensi menyebabkan banjir diperkirakan terjadi pada Januari 2012. Curah hujan dengan kekuatan 300-400 mm per jam itu akan turun di seluruh Jabodetabek. Kekuatan curah hujan tersebut tidak mampu ditampung oleh 13 sungai besar yang melintas di DKI Jakarta. Saat ini, kemampuan semua sungai tersebut mengalirkan air banjir hanya 17-80 persen.

Kendati demikian, kata dia, potensi banjir di DKI Jakarta tidak akan seperti Bangkok, Thailand. Badai tropis (sikontropis) tidak akan melewati dan terbentuk di wilayah DKI Jakarta. Banjir yang akan merendam Jakarta hanya akan bertahan maksimal satu minggu.

Sementara itu, berdasarkan data perkiraan potensi banjir dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU), hingga Januari 2012, terdapat 11 provinsi yang memiliki potensi tinggi banjir, termasuk wilayah DKI Jakarta. Sepuluh provinsi lainnya di antaranya Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Kalimantan Barat, Sumatra Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.

Lakukan Persiapan

Kepala Bidang Informatika Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta Edi Junaedi mengatakan pihaknya sudah melakukan sejumlah persiapan dalam mengantisipasi banjir di DKI Jakarta.

"Berdasarkan data dari Dinas PU, ada 62 titik banjir. Namun, ada perbedaan metodologi dengan pihak wilayah yang memasukkan genangan setinggi 10-15 cm membuat jumlahnya meningkat," ujarnya.

Pihaknya juga telah merencanakan (mapping) sejumlah fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) yang akan dijadikan tempat evakuasi warga korban banjir. Fasus dan fasum yang disediakan ialah rumah ibadah, gelangang olah raga, tempat pendidikan, dan kantor kecamatan.

Selain itu, lanjutnya, simulasi sistem peringatan dini sudah dilakukan di sejumlah daerah yang masuk kategori ekstrem saat banjir datang. "Kami juga telah menyiapkan berbagai hal, seperti 26.553 personel satgas banjir, 310 perahu karet, 437 unit pompa air, 93 ton beras, 2.000 dus mi instan, dan berbagai persiapan lainnya,"

http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/76261

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme